Jumat, 22 November 2013

Study Tour Dieng-Jogja

           
1. Dieng
a.   Asal Usul dan Dampak Mitos Rambut Gimbal di Dieng             

Asal-Usul Anak Rambut Gimbal bermula dari cerita Kyai Kolodete adalah nama seorang pengelana merintis dan berkuasa dì daerah Dataran tinggi Dieng, Kyaì Kolodete yang memìlìkì rambut Gimbal tersebut pernah bersumpah bahwa Belìau tìdak akan mencukur rambutnya hìngga kawasan Dataran tìnggì Dieng makmur. Bìla keìngìnannya tak terkabul, dìa akan menìtìskan rohnya pada anak yang baru lahìr atau sedang mulaì bìsa berjalan. Hingga saat ini, anak-anak yang dilahirkan memiliki rambut gimbal dan dipercaya sebagai titisan Kyai Kolodete tersebut masih banyak dijumpai disekitar wilayah Dataran Tinggi Dieng. Memang Sulit dijelaskan secara logis, namun rambut Gimbal pada anak tersebut tidak bisa serta merta dipotong. Jika rambut tersebut dipotong tanpa melalui ritual. maka rambut Gimbal tersebut akan tumbuh lagi.
Rambut gimbal pada anak yang tinggal di Dataran Tinggi Dieng bukan disebabkan oleh faktor genetik karena tidak diwariskan secara turun menurun. Tidak semua anak dalam satu keluarga mendapat ‘anugrah’ berambut gimbal, kadang hanya kakak atau adik saja. Masyarakat Dieng menganggap fenomena ini sebagai anugrah  dan sekaligus ini musibah ini percaya bahwa fenomena ini merupakan titisan dari Kyai Kolodete.
Tidak selamanya anak rambut gimbal hidup dengan rambut gimbal. Ada sebuah ritual untuk menghilangkan rambut gimbal pada anak-anak berambut gimbal dan juga menghilangkan musibah yang konon bila mereka dibiarkan berambut gimbal hingga remaja atau dewasa. Ritual potong rambut gimbal ini juga tidak boleh dilakukan secara sembarangan, harus ada niat dari anak tersebut. Bila niat cukur rambut gimbal bukan berasal dari si anak rambut gimbal, rambut gimbal tersebut tetap tumbuh walau dipotong rambut berkali-kali.
Uniknya dalam persyaratan potong rambut gimbal ada sebuah permintaan aneh dari si anak rambut gimbal yang wajib dipenuhi oleh orang tuanya. Bila tidak dipenuhi anak rambut gimbal akan sakit secara tiba-tiba. Prosesi potong rambut gimbal juga membawa berkah pada keluarga yang melakukannya karena konon anak rambut gimbal memberi keberuntunganbagi mereka.

Fenomena ini memang terdengar aneh dan tidak lazim bagi orang-orang yang tinggal diluar dataran tinggi Dieng. Namun masyarakat Dieng percaya dengan fenomena dan tradisi mereka karena sudah terjadi secara turun menurun. Prosesi potong anak rambut gimbal Dieng ini diselenggarakan secara sendiri atau bersama-sama ketika diselenggarakan Festival Budaya dieng yang lebih dikenal dengan nama Dieng Culture Festival yang diselenggarakan setiap setahun sekali.
b.Candi Dieng
Candi Dieng merupakan kumpulan candi yang terletak di kaki pegunungan Dieng, Wonosobo, Jawa tengah. Kawasan Candi Dieng menempati dataran pada ketinggian 2000 m di atas permukaan laut, memanjang arah utara-selatan sekitar 1900 m dengan lebar sepanjang 800 m.
Kumpulan candi Hindu beraliran Syiwa yang diperkirakan dibangun antara akhir abad ke-8 sampai awal abad ke-9 ini diduga merupakan candi tertua di Jawa. Sampai saat ini belum ditemukan informasi tertulis tentang sejarah Candi Dieng, namun para ahli memperkirakan bahwa kumpulan candi ini dibangun atas perintah raja-raja dari Wangsa Sanjaya. Di kawasan Dieng ini ditemukan sebuah prasasti berangka tahun 808 M, yang merupakan prasasti tertua bertuliskan huruf Jawa kuno, yang masih masih ada hingga saat ini. Sebuah Arca Syiwa yang ditemukan di kawasan ini sekarang tersimpan di Museum Nasional di Jakarta. Pembangunan Candi Dieng diperkirakan berlangsung dalam dua tahap. Tahap pertama yang berlangsung antara akhir abad ke-7 sampai dengan perempat pertama abad ke-8, meliputi pembangunan Candi Arjuna, Candi Semar, Candi Srikandi dan Candi Gatutkaca. Tahap kedua merupakan kelanjutan dari tahap pertama, yang berlangsung samapi sekitar tahun 780 M.
Candi Dieng pertama kali diketemukan kembali pada tahun 1814. Ketika itu seorang tentara Inggris yang sedang berwisata ke daerah Dieng melihat sekumpulan candi yang terendam dalam genangan air telaga. Pada tahun 1956, Van Kinsbergen memimpin upaya pengeringan telaga tempat kumpulan candi tersebut berada. Upaya pembersihan dilanjutkan oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1864, dilanjutkan dengan pencatatan dan pengambilan gambar oleh Van Kinsbergen. 
Luas keseluruhan kompleks Candi Dieng mencapai sekitar 1.8 x 0.8 km2. Candi-candi di kawasan Candi Dieng terbagi dalam 3 kelompok dan 1 candi yang berdiri sendiri yang dinamakan berdasarkan nama tokoh dalam cerita wayang yang diadopsi dari Kitab Mahabarata. Ketiga kelompok candi tersebut adalah Kelompok Arjuna, Kelompok Gatutkaca, Kelompok Dwarawati dan satu candi yang berdiri sendiri adalah Candi Bima.

c. Kawah Sikidang
Sikidang adalah kawah di DTD yang paling populer dikunjungi wisatawan karena paling mudah dicapai. Kawah ini terkenal karena lubang keluarnya gas selalu berpindah-pindah di dalam suatu kawasan luas. Dari karakter inilah namanya berasal karena penduduk setempat melihatnya berpindah-pindah seperti kijang (kidang dalam bahasa Jawa). Panas luapan luapan air di Kawah Sikidang mencapai 100ºc
Legenda Kawah Sikidang  
                                                                                                                             
Pada zaman dahulu ada sebuah istana yang besar di Dataran Tinggi Dieng, di huni oleh seorang ratu yang cantik jelita, yaitu Ratu Sinta Dewi. Pada suatu ketika Ratu Sinta Dewi akan dilamar seorang pangeran yang konon tampan dan kaya raya, yaitu Pangeran Kidang Garungan.

Namun, Ratu Shinta Dewi kecewa karena pangeran tersebut tidak setampan seperti yang diceritakan. Pangeran Kidang Garungan adalah sosok manusia berkepala kijang. Cara untuk menolak lamaran Pangeran Kidang Garungan, Ratu Shinta Dewi mengajukan syarat untuk dibuatkan sumur yang besar dan dalam. Ketika sumur hampir selesai dibuat, Ratu Shinta Dewi dan para pengawalnya menimbun sumur tersebut dengan tanah saat Pangeran Kidang Garungan masih berada di dalamnya.

Ketika sang pangeran berusaha untuk keluar dari sumur itu dengan cara mengerahkan segala kesaktiannya, sumur itu tiba-tiba menjadi panas, bergetar, dan meledak-ledak. Pangeran itu hampir saja keluar dari sumur, namun ratu dan para pengikutnya terus menimbun sang pangeran hingga tidak dapat keluar. Sang pangeran kemudian marah, lalu mengutuk Ratu Shinta Dewi dan keturunannya kelak akan berambut gembel. Bekas sumur Pangeran Kidang Garungan itulah yang kemudian menjelma menjadi Kawah Sikidang.

d. Telaga Warna

Telaga Warna, sebuah telaga yang sering memunculkan nuansa warna merah, hijau, biru, putih, dan lembayung,

Legenda Telaga Warna
Zaman dahulu, ada sebuah kerajaan di Jawa Barat bernama Kutatanggeuhan. Kutatanggeuhan merupakan kerajaan yang makmur dan damai. Rakyatnya hidup tenang dan sejahtera karena dipimpin oleh raja yangbijaksana. Raja Kutatanggeuhan bernama Prabu Suwartalaya dan permaisurinya bernama Ratu Purbamanah. Raja dan ratu sangant bijaksana sehingga kerjaan yang dipimpin makmur dan tenteram.
Semua sangat menyenangkan. Sayangnya, Prabu dan istrinya belum memiliki anak. Itu membuat pasangan kerajaan itu sangat sedih. Penasehat Prabu menyarankan, agar mereka mengangkat anak. Namun Prabu dan Ratu tidak setuju. “Buat kami, anak kandung adalah lebih baik dari pada anak angkat,” sahut mereka.
Ratu sering murung dan menangis. Prabu pun ikut sedih melihat istrinya. Lalu Prabu pergi ke hutan untuk bertapa. Di sana sang Prabu terus berdoa, agar dikaruniai anak. Beberapa bulan kemudian, keinginan mereka terkabul. Ratu pun mulai hamil. Seluruh rakyat di kerajaan itu senang sekali. Mereka membanjiri istana dengan hadiah.
Sembilan bulan kemudian, Ratu melahirkan seorang putri yang diberinama Gilang Rukmini . Penduduk negeri pun kembali mengirimi putri kecil itu aneka hadiah. Bayi itu tumbuh menjadi anak yang lucu. Belasan tahun kemudian, ia sudah menjadi remaja yang cantik.
Prabu dan Ratu sangat menyayangi putrinya. Mereka memberi putrinya apa pun yang dia inginkan. Namun itu membuatnya menjadi gadis yang manja. Kalau keinginannya tidak terpenuhi, gadis itu akan marah. Ia bahkan sering berkata kasar. Walaupun begitu, orangtua dan rakyat di kerajaan itu mencintainya.
Hari berlalu, Putri pun tumbuh menjadi gadis tercantik di seluruh negeri. Dalam beberapa hari, Putri akan berusia 17 tahun. Maka para penduduk di negeri itu pergi ke istana. Mereka membawa aneka hadiah yang sangat indah. Prabu mengumpulkan hadiah-hadiah yang sangat banyak itu, lalu menyimpannya dalam ruangan istana. Sewaktu-waktu, ia bisa menggunakannya untuk kepentingan rakyat.
Prabu hanya mengambil sedikit emas dan permata. Ia membawanya ke ahli perhiasan. “Tolong, buatkan kalung yang sangat indah untuk putriku,” kata Prabu. “Dengan senang hati, Yang Mulia,” sahut ahli perhiasan. Ia lalu bekerja d sebaik mungkin, dengan sepenuh hati. Ia ingin menciptakan kalung yang paling indah di dunia, karena ia sangat menyayangi Putri.
Hari ulang tahun pun tiba. Penduduk negeri berkumpul di alun-alun istana. Ketika Prabu dan Ratu datang, orang menyambutnya dengan gembira. Sambutan hangat makin terdengar, ketika Putri yang cantik jelita muncul di hadapan semua orang. Semua orang mengagumi kecantikannya.
Prabu lalu bangkit dari kursinya. Kalung yang indah sudah dipegangnya. “Putriku tercinta, hari ini aku berikan kalung ini untukmu. Kalung ini pemberian orang-orang dari penjuru negeri. Mereka sangat mencintaimu. Mereka mempersembahkan hadiah ini, karena mereka gembira melihatmu tumbuh jadi dewasa. Pakailah kalung ini, Nak,” kata Prabu.
Putri menerima kalung itu. Lalu ia melihat kalung itu sekilas. “Aku tak mau memakainya. Kalung ini jelek!” seru Putri. Kemudian ia melempar kalung itu. Kalung yang indah pun rusak. Emas dan permatanya tersebar di lantai.
Itu sungguh mengejutkan. Tak seorang pun menyangka, Putri akan berbuat seperti itu. Tak seorang pun bicara. Suasana hening. Tiba-tiba meledaklah tangis Ratu Purbamanah. Dia sangat sedih melihat kelakuan putrinya.Akhirnya semua pun meneteskan air mata, hingga istana pun basah oleh air mata mereka. Mereka terus menangis hingga air mata mereka membanjiri istana, dan tiba-tiba saja dari dalam tanah pun keluar air yang deras, makin lama makin banyak. Hingga akhirnya kerajaan Kutatanggeuhan tenggelam dan terciptalah sebuah danau yang sangat indah.
Di hari yang cerah, kita bisa melihat danau itu penuh warna yang indah dan mengagumkan. Warna itu berasal dari bayangan hutan, tanaman, bunga-bunga, dan langit di sekitar telaga. Namun orang mengatakan, warna-warna itu berasal dari kalung Putri yang tersebar di dasar telaga.

e. Dampak Positif Pasca Letusan Gunung Berapi Bagi Masyarakat Petani
Debu halus yang terbang bersama udara panas akan terhirup manusia dan hewan akan mengakibatkan penyakit pernafasan. Namun, ketika debu dan lapili ini sudah dingin terkena air hujan berubah menjadi tanah yang subur. Tanah bekas letusan gunung berapi sangat bagus untuk tanaman sayuran, buah buahan, dan palawija.
2.  Sendratari Ramayana

Sejarah diadakannya Sendratari Ramayana di candi Prambanan adalah KGPH Jati Kusuma salah satu kerabat kraton Surakarta yang pada waktu itu menjabat sebagai Mentri Pariwisata, Pos dan Perhubungan darat yang berkeinginan menampilkan kesenian tradisional terutama seni tari secara kolosal dengan latar belakang sebuah bangunan seperti Thailand, Kamboja, dan Mesir. Akhirnya dipilihlah Yogyakarta sebagai tempat pertunjukan, tempatnya di Candi Prambanan karena disana terdapat relie cerita Ramayana. 

Sendratari Ramayana diepntaskan dan diresmikan oleh Ir.Soekarno presiden RI yang pertama. Pada tahun 1961 disebelah selatan candi, di bagian timur sungai ddan pindah ke tempat yang sekarang di bagian barat candi kira-kira tahun 1966-an dengan tambahan sebuah theather tertutup Trimurti untuk pementasan dimusim hujan.

Teater terbuka Ramayana sendiri dikelola oleh PT.Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Beko. Sepanjang 6 bulan dari bulan Mei sampai Oktober pertunjukan ini digelar setiap malam dengan cerita penuh dan pada tanggal tertentu dicuplikan dari setiap episode. Ramayana sendiri menggambarkan kesetiaan, perjuangan, kebaikan lawan kejahatan. Hitam putih dimana kalau diterjemahkan dalam kehidupan nyata bias menjadi cermin babgi diri kita sendiri. 

Sinopsis cerita:

Rama Wijaya, Shinta, dan Leksmana sedang bertualang ke hutan Dandaka. Rawana melihat Dewi Shinta dan ingin memperistrinya. Maka Rawana menyuruh Marica untuk mengubah dirinya menjadi kijang kencana. Shinta yang terpesona melihat kijang kencana menyuruh Rama menangkap kijang kencana. Lalu Rama pergi mengejar kijang itu. Setelah menumggu lama, Shinta merasa khawatir dan menyuruh Leksman untuk menyusul Rama. Sebelum meninggalkan Shinta, Leksmana membuat lingkaran pelindung di sekitar Shinta. Saat Rahwana menyadari bahwa Shinta sendirian, ia lalu menyamar menjadi pengemis tua lalu menculik Shinta dan membawanya ke kerajaan Alengka.
 Dalam perjalanan ke alengka Rahwana bertemu Jatayu dan mereka bertarung, dan Jatyu kalah. Saat Rama dan Leksmana menyadari bahwa Sinta telah hilang, Rama negira Jatayu telah membunuhnya namun ditahan Leksmana. Jatayu menjelaskan semuanya lalu ia mati. Lalu datang Hanuman menceritakan Subali yang merebut Dewi Tara dari Sugriwa. Rama kemudian bersedia membantu Sugriwa. Subali lalu dikalahkan Sugriwa dibantu oleh Rama. Sugriwa akhirnya memutuskan mebantu Rama menyelamatkan Sinta. Lalu Hanuman dikirim ke kerajaan Alenka. Sementara itu Shinta yang menolak lamaran Rahwana untuk memperistrinya tiba – tiba mendengar lagu yang dinyanyikan Hanuman. Lalu Hanuman menghancurkan Taman Argasoka serta membakar Istana Alengka. Lalu Hanuman melaporkan kekuatan pasukan lawan kepada Rama yang membangun jembatam untuk menyerang Alengka. Setelah itu peperangan terjadi dan Rahwana kalah. Kemudian Shinta bertemu Rama kembali namun Rama meragukan kesucian Shinta. Dengan bantuan Dewa Api Shinta berhasil membuktikan kesuciannya. Dan akhirnya Rama menerima Shinta kembali.
  3. Candi Prambanan

LEGENDA CANDI PRAMBANAN

Pada jaman dahulu alkisah terdapat sebuah kerajaan besar yang bernama kerajaan Prambanan. Rakyat di kerajaan tersebut hidup dengan tentram dan damai hingga suatu hari kerajaan Prambanan tersebut diserang serta dijajah oleh negeri Pengging. Tentara kerajaan Prambanan merasa kewalahan menghadapi serangan dari tentara negeri pengging sampai akhirnya kerajaan Prambanan kalah dan kerajaan Prambanan dikuasai oleh negeri Pengging. Tampuk kepemimpinan pun akhirnya dipegang oleh Bandung Bondowoso.

Bandung Bondowoso adalah seorang pemimpinjahat serta kejam. Siapapun yang tidak menuruti perintahnya akan dihukum mati. Gaya memerintah yang semena - mena inilah yang tidak disukai oleh rakyat Prambanan. Selain terkenal semena - mena dan kejam, Bandung Bondowoso juga terkenal memiliki kekuatan sakti serta memiliki pasukan jin dalam jumlah yang banyak. 

Hingga suatu hari Bandung Bondowoso mengamati gerak - gerik Putri Roro Jonggrang, puti raja Prambanan, yang cantik jelita. Sampai akhirnya Bandung Bondowoso meminang Roro Jonggrang untuk dijadikan istrinya. Dengan terkejut Roro Jonggrang pun berfikir keras tentang cara apa yang harus dia tempuh. Karena bila Roro Jonggrang menolak pinangan Bandung Bondowoso, pasti Bandung Bondowoso akan murka dan marah sehingga keselamatan masyarakat Prambanan akan terancam. Oleh karena itu akhirnya Roro Jonggrang menerima pinangan Bandung Bondowoso namun Roro Jonggrang mengajukan sebuah syarat: Bandung Bondowoso harus membangun 1000 buah candi dalam waktu semalam.

Mendengar syarat yang diajukan oleh Roro Jonggrang tersebut, Bandung Bondowoso merasa sangat marah. Namun oleh para penasehatnya akhirnya Bandung Bondowoso diberi sejumlah alasan bahwa Bandung Bondowoso pasti mampu membangun 1000 buah candi dalam waktu semalam dengan bantuan pasukan jin. Kemudian Bandung Bondowoso melakukan ritual untuk memanggil pasukan jinnya dan kemudian proses pembangunan 1000 buah candi pun dimulai.

Dari kejauhan Roro Jonggrang menatap kesibukan para jin dalam membangun candi, dengan kekuatan jin proses membangunn 1000 buah candi pun berjalan dengan sangat cepat. Melihat bahwa pembangunan candi tersebut hampir selesai, Roro Jonggrang kemudian memanggil para dayang - dayang. Sebagian para dayang diberi tugas untuk membakar jerami kering dan sebagiannya lagi diberi tugas untuk memukul alu. Sehingga tampak semburat cahaya merah dari hasil bakaran jerami kering serta terdengar suara riuh dari alu. Tidak lama kemudian ayam jago pun berkokok karena mengira hari telah pagi. Para jin pun berlarian saat mendengar ayam jago berkokok karena mereka akan terbakar bila matahri muncul. Bandung Bondowoso pun tidak bisa berbuat banyak melihat pasukan jin-nya lari tunggang langgang.

Keesokan harinya, Bandung Bondowoso mengajak Roro Jonggrang untuk menghitung jumlah candi yang dibangunnya semalam. Dengan seksama Roro Jonggrang menghitung jumlah candi dan ternyata hanya terdapat 999 candi. Merasa tidak percaya, akhirnya Bandung Bondowoso menghitung sendiri dan ternayata memang hanya terdapat 999 candi. Bandung Bondowoso merasa sangat marah apalagi setelah diberitahu salah satu penasehatnya bahwa Roro Jonggrang lah yang membuat para jin lari. Akhirnya Bandung Bondowoso mengutuk Roro Jonggrang menjadi candi untuk melengkapi jumlah candi menjadi 1000 buah candi.

Upaya Pelestarian Candi Prambanan:
Candi Prambanan telah beberapa kali mengalami pelbagai pemugaran dan renovasi sebagai upaya pelestarian secara mendasar dan proporsional,walaupun candi ini sering mengalami pemugaran ,namun hasilnya sungguh menajubkan keindahannya.Candi Prambanan dalam perkembangannya kian menunjukkan kemajuan yang berarti dengan dibangunnya komplek taman yang megah dilengkapi fasilitas yang proporsional kemudian sejak tahun 2000-an komplek candi Prambanan dilengkapi panggung trimurti yang digunakan untuk pertunjukkan sendratari Ramayana pada hari-hari tertentu .

  4.   Keraton Kesultanan Yogyakarta

Pada tahun 1755 M Sultan Hamengkubuwono I membangun keraton. Tepat di depan keraton tersebut terdapat 2 pohon beringin besar yang dimitoskan pohon beringin laki-laki dan perempuan. Menurut catatan sejarah, pohon beringin sebelah barat berasal dari kerajaan Majapahit dan yang timur dari kerajaan Padjajaran. Di sekeliling alun-alun depan keraton juga terdapat 62 buah pohon beringin. Menurut mistosnya yang dituliskan dalam sejarah jika dijumlahkan 62 beringin pada sekeliling alun-alun ditambah 2 pohon beringin di tengah alun-alun menjadi 64 buah pohon beringin. Dengan itu pula dimaknai sepanjang usia Nabi Muhammad SAW adalah 64 tahun.
Kemudian pada tahun 1758 Sri Sultan hamengkubuwono I membangun sebuah pusat perdagangan untuk menunjang kelangsungan ekonomi masyarakat yogyakarta. Pembangunan pusat ekonomi ini di lakukan pada sebuah lahan di utara keraton yang pada waktu itu masih di tumbuhi pohon beringin. Sri Sultan Hamengkubuwono I akhirnya membabat pohon beringin tersebut dengan harapan lahan yang ditumbuhi beringin itu dapat mendatangkan kesejahteraan. Dan berdirilah sebuah pusat ekonomi pada waktu itu dengan bentuk pasar tradisional. Hingga akhirnya pasar tersebut dinamakan “Beringharjo” asal kata dari “Beringin (pohon beringin)” dan “Harjo (Bahasa jawa (Kesejahteraan)). Jadi bila digabungkan dapat dimaknai sebagai pohon beringin yang awalnya ditumbangkan dan diharapkan dapat mendatangkan kesejahteraan rakyat dari sektor perdagangan. Hingga sampai saat ini pasar itu masih eksis dan menjadi salah satu obyek wisata perbelanjaan di Yogyakarta.
Nilai-nilai budaya Keraton dapat dilihat dengan melihat ritual semedi. Dimana Keraton meyakini bahwa siapa yang sedang bersemedi maka ia selalu berada dalam keagungan Tuhan YME. Di dalam ritual ini, orang yang bersemedi akan menghadapi berbagai rintangan. Keraton Yogyakarta melakukan upacara ritual tiap tahunnya yang dikenal dengan nama upacara grebeg. Grebeg adalah upacara keagamaan yang dilakukan 3 kali dalam setahun. Bertepatan pada lahinya Nabi Muhammad SAW (grebeg Maulud), hari raya idul fitri (grebeg Syawal) dan pada hari raya idul adha (grebeg Besar).pada hari itu, Sri Sultan berkenan memberi sedekah berupa gunungan-gunungan berisikan makanan dan lain- lain kepada rakyat.
Keraton Yogyakarta sering menggelar seni pertunjukan. Acara ini menjadi ritual fungsional dari istana. Di antaranya, adalah pertunjukan Tari Bedoyo yang disucikan, pertunjukan wayang kulit, wayang wong dan lain-lain. Gambaran dari wayang wong adalah suatu drama tarian berdasarkan cerita Mahabharata dan Ramayana. Pada zaman dahulu, wayang ini hanya ditarikan di Keraton atau di tempat tinggal para ningrat. Hanya orang yang khusus yang dapat membawakan drama tari ini. Drama ini hanya ditarikan pada acara khusus seperti pada ulang tahun raja atau pangeran, peringatan
penobatan raja, atau pada penyambutan tamu agung.
 Nama nama Sultan Keraton Yogyakarta:

1.   Sultan Hamengku Buwono I (Raden Mas Sujana)
2.   Sultan Hamengku Buwono II (Sultan Sepuh)
3.   Sultan Hamengku Buwono III
4.   Sultan Hamengku Buwono IV (BRM Ibnu Jarot)
5.   Sultan Hamengku Buwono V (Raden Mas Menol)
6.   Sultan Hamengku Buwono VI (Pangeran Adipati Mangkubumi)
7.   Sultan Hamengku Buwono VII (Raden Mas Murtejo)
8.   Sultan Hamengku Buwono VIII (Bendoro Raden Mas Sujati)
9.   Sultan Hamengku Buwono IX (Bendoro Raden Mas Dorojatun)
10. Sultan Hamengku Buwono X (BRM Herjuno Darpito)

2.            M a l i o b o r o
Jalan Malioboro adalah nama salah satu jalan dari tiga jalan di Kota Yogyakarta yang membentang dari Tugu Yogyakarta hingga ke perempatan Kantor Pos Yogyakarta. Secara keseluruhan terdiri dari Jalan Pangeran Mangkubumi, Jalan Malioboro dan Jalan Jend. A. Yani. Jalan ini merupakan porosGaris Imajiner Kraton Yogyakarta.
Terdapat beberapa obyek bersejarah di kawasan tiga jalan ini antara lain Tugu Yogyakarta, Stasiun Tugu, Gedung Agung,Pasar Beringharjo, Benteng Vredeburg dan Monumen Serangan Oemoem 1 Maret.
Jalan Malioboro sangat terkenal dengan parapedagang kaki lima yang menjajakan kerajinan khas jogja dan warung-warung lesehan di malam hari yang menjual makanan gudeg khas jogja serta terkenal sebagai tempat berkumpulnya para Seniman-seniman-seniman yang sering mengekpresikan kemampuan mereka seperti bermain musik, melukis, hapening art, pantomim dan lain-lain disepanjang jalan ini.
1.            Pantai Parangtritis
Legenda
Dalam kepercayaan masyarakat Jawa, sosok Ratu Kidul merupakan sosok agung yang dimuliakan dan dihormati dalam mitologi Jawa. Karena orang Jawa mengenal sebuah istilah "telu-teluning atunggal" yaitu tiga sosok yang menjadi satu kekuatan. Yaitu, Eyang Resi Projopati, Panembahan Senopati, dan Ratu Kidul. Panembahan merupakan pendiri kerajaan Mataram Islam, yang dipertemukan oleh Ratu Kidul ketika bertiwikrama sesuai arahan Sunan Kalijaga guna memenuhi wangsit yang diterimanya membangun sebuah keraton yang sebelumnya sebuah hutan dengan nama "alas mentaok" (kini Kotagede di Daerah Istimewa Yogyakarta). Pada proses bertapa, diceritakan semua alam menjadi kacau, ombak besar, hujan badai, gempa, dan gunung meletus. Ratu Kidul setuju membantu dan melindungi Kerajaan Mataram, dan bahkan dipercaya menjadi "istri spiritual" bagi Raja-raja trah Mataram Islam.
Pemahaman terkait penguasa laut selatan harus diluruskan. Karena antara "Rara kidul" dengan "Ratu kidul" sangatlah berbeda. Namun sudah menjadi pemahaman umum bahwa sosok tersebut adalah sama. Dalam kepercayaan Kejawen, yaitu kepercayaan Jawa yang dipengaruhi Hindu dan sudah bercampur beberapa unsur Islam, dalam mitologi Jawa, alam kehidupan itu terbagi menjadi beberapa Tahap. Tahap pertama adalah alam Kadewan, kedua adalah alam Nabi, ketiga adalah alam Wali, keempat alam Menungsa (Manusia) dan yang akan datang adalah alam Adil. Pada mitologi Jawa, Ratu Kidul merupakan ciptaan dari Dewa Kaping telu yang kemudian mengisi alam kehidupan sebagai Dewi Padi (Dewi Sri) dan dewi alam lainnya. Sedangkan Rara Kidul merupakan Putri dari Raja Sunda yang terusir oleh ayahandanya sendiri karena ulah dari ibu tirinya sendiri yang kemudian menjelma menjadi sosok penguasa di laut selatan setelah menceburkan diri di laut selatan. Dan cerita terkait antara "Ratu Kidul" dengan "Rara Kidul" bisa dikatakan beda fase tahapan kehidupan menurut mitologi Jawa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar