1. Dieng |
a.
Asal Usul dan Dampak Mitos Rambut Gimbal di
Dieng
Asal-Usul Anak Rambut
Gimbal bermula dari cerita Kyai Kolodete adalah nama seorang pengelana merintis
dan berkuasa dì daerah Dataran tinggi Dieng, Kyaì Kolodete yang memìlìkì rambut
Gimbal tersebut pernah bersumpah bahwa Belìau tìdak akan mencukur rambutnya
hìngga kawasan Dataran tìnggì Dieng makmur. Bìla keìngìnannya tak terkabul, dìa
akan menìtìskan rohnya pada anak yang baru lahìr atau sedang mulaì bìsa
berjalan. Hingga saat ini, anak-anak yang dilahirkan memiliki rambut
gimbal dan dipercaya sebagai titisan Kyai Kolodete tersebut masih banyak
dijumpai disekitar wilayah Dataran Tinggi Dieng. Memang Sulit dijelaskan secara
logis, namun rambut Gimbal pada anak tersebut tidak bisa serta merta dipotong.
Jika rambut tersebut dipotong tanpa melalui ritual. maka rambut Gimbal tersebut
akan tumbuh lagi.
Rambut gimbal pada anak yang tinggal di Dataran
Tinggi Dieng bukan disebabkan oleh faktor genetik karena tidak diwariskan
secara turun menurun. Tidak semua anak dalam satu keluarga mendapat ‘anugrah’
berambut gimbal, kadang hanya kakak atau adik saja. Masyarakat Dieng menganggap
fenomena ini sebagai anugrah dan sekaligus ini musibah ini percaya bahwa
fenomena ini merupakan titisan dari Kyai Kolodete.
Tidak selamanya anak rambut gimbal hidup dengan
rambut gimbal. Ada sebuah ritual untuk menghilangkan rambut gimbal pada
anak-anak berambut gimbal dan juga menghilangkan musibah yang konon bila mereka
dibiarkan berambut gimbal hingga remaja atau dewasa. Ritual potong rambut
gimbal ini juga tidak boleh dilakukan secara sembarangan, harus ada niat dari
anak tersebut. Bila niat cukur rambut gimbal bukan berasal dari si anak rambut
gimbal, rambut gimbal tersebut tetap tumbuh walau dipotong rambut berkali-kali.
Uniknya dalam persyaratan potong rambut gimbal ada
sebuah permintaan aneh dari si anak rambut gimbal yang wajib dipenuhi oleh
orang tuanya. Bila tidak dipenuhi anak rambut gimbal akan sakit secara
tiba-tiba. Prosesi potong rambut gimbal juga membawa berkah pada keluarga yang
melakukannya karena konon anak rambut gimbal memberi keberuntunganbagi mereka.
Fenomena
ini memang terdengar aneh dan tidak lazim bagi orang-orang yang tinggal diluar
dataran tinggi Dieng. Namun masyarakat Dieng percaya dengan fenomena dan
tradisi mereka karena sudah terjadi secara turun menurun. Prosesi
potong anak rambut gimbal Dieng ini
diselenggarakan secara sendiri atau bersama-sama ketika diselenggarakan
Festival Budaya dieng yang lebih dikenal dengan nama Dieng Culture Festival
yang diselenggarakan setiap setahun sekali.
b.Candi Dieng
Candi Dieng merupakan kumpulan candi yang
terletak di kaki pegunungan Dieng, Wonosobo, Jawa tengah. Kawasan Candi Dieng
menempati dataran pada ketinggian 2000 m di atas permukaan laut, memanjang arah
utara-selatan sekitar 1900 m dengan lebar sepanjang 800 m.
Kumpulan candi Hindu
beraliran Syiwa yang diperkirakan dibangun antara akhir abad ke-8 sampai awal
abad ke-9 ini diduga merupakan candi tertua di Jawa. Sampai saat ini belum
ditemukan informasi tertulis tentang sejarah Candi Dieng, namun para ahli
memperkirakan bahwa kumpulan candi ini dibangun atas perintah raja-raja dari
Wangsa Sanjaya. Di kawasan Dieng ini ditemukan sebuah prasasti berangka
tahun 808 M, yang merupakan prasasti tertua bertuliskan huruf Jawa kuno, yang
masih masih ada hingga saat ini. Sebuah Arca Syiwa yang ditemukan di kawasan
ini sekarang tersimpan di Museum Nasional di Jakarta. Pembangunan Candi Dieng
diperkirakan berlangsung dalam dua tahap. Tahap pertama yang berlangsung antara
akhir abad ke-7 sampai dengan perempat pertama abad ke-8, meliputi pembangunan
Candi Arjuna, Candi Semar, Candi Srikandi dan Candi Gatutkaca. Tahap kedua
merupakan kelanjutan dari tahap pertama, yang berlangsung samapi sekitar tahun
780 M.
Candi Dieng pertama kali
diketemukan kembali pada tahun 1814. Ketika itu seorang tentara Inggris yang
sedang berwisata ke daerah Dieng melihat sekumpulan candi yang terendam dalam
genangan air telaga. Pada tahun 1956, Van Kinsbergen memimpin upaya pengeringan
telaga tempat kumpulan candi tersebut berada. Upaya pembersihan dilanjutkan
oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1864, dilanjutkan dengan pencatatan
dan pengambilan gambar oleh Van Kinsbergen.
Luas keseluruhan kompleks
Candi Dieng mencapai sekitar 1.8 x 0.8 km2. Candi-candi di kawasan Candi
Dieng terbagi dalam 3 kelompok dan 1 candi yang berdiri sendiri yang dinamakan
berdasarkan nama tokoh dalam cerita wayang yang diadopsi dari Kitab Mahabarata.
Ketiga kelompok candi tersebut adalah Kelompok Arjuna, Kelompok Gatutkaca,
Kelompok Dwarawati dan satu candi yang berdiri sendiri adalah Candi Bima.
c. Kawah
Sikidang
Sikidang adalah kawah di
DTD yang paling populer dikunjungi wisatawan karena paling mudah dicapai. Kawah
ini terkenal karena lubang keluarnya gas selalu berpindah-pindah di dalam suatu
kawasan luas. Dari karakter inilah namanya berasal karena penduduk setempat
melihatnya berpindah-pindah seperti kijang (kidang dalam bahasa Jawa). Panas
luapan luapan air di Kawah Sikidang mencapai 100ºc
Legenda Kawah
Sikidang
Pada zaman dahulu ada sebuah istana yang besar di Dataran Tinggi Dieng, di huni oleh seorang ratu yang cantik jelita, yaitu Ratu Sinta Dewi. Pada suatu ketika Ratu Sinta Dewi akan dilamar seorang pangeran yang konon tampan dan kaya raya, yaitu Pangeran Kidang Garungan.
Namun, Ratu Shinta Dewi kecewa karena pangeran tersebut tidak setampan seperti yang diceritakan. Pangeran Kidang Garungan adalah sosok manusia berkepala kijang. Cara untuk menolak lamaran Pangeran Kidang Garungan, Ratu Shinta Dewi mengajukan syarat untuk dibuatkan sumur yang besar dan dalam. Ketika sumur hampir selesai dibuat, Ratu Shinta Dewi dan para pengawalnya menimbun sumur tersebut dengan tanah saat Pangeran Kidang Garungan masih berada di dalamnya.
Ketika sang pangeran berusaha untuk keluar dari sumur itu dengan cara mengerahkan segala kesaktiannya, sumur itu tiba-tiba menjadi panas, bergetar, dan meledak-ledak. Pangeran itu hampir saja keluar dari sumur, namun ratu dan para pengikutnya terus menimbun sang pangeran hingga tidak dapat keluar. Sang pangeran kemudian marah, lalu mengutuk Ratu Shinta Dewi dan keturunannya kelak akan berambut gembel. Bekas sumur Pangeran Kidang Garungan itulah yang kemudian menjelma menjadi Kawah Sikidang.
d. Telaga Warna
Telaga Warna, sebuah telaga yang sering
memunculkan nuansa warna merah, hijau, biru, putih, dan lembayung,
Legenda Telaga Warna
Zaman dahulu, ada sebuah kerajaan di Jawa Barat bernama
Kutatanggeuhan. Kutatanggeuhan merupakan kerajaan yang makmur dan damai.
Rakyatnya hidup tenang dan sejahtera karena dipimpin oleh raja yangbijaksana. Raja Kutatanggeuhan
bernama Prabu Suwartalaya dan permaisurinya bernama Ratu Purbamanah. Raja dan
ratu sangant bijaksana sehingga kerjaan yang dipimpin
makmur dan tenteram.
Semua sangat menyenangkan. Sayangnya,
Prabu dan istrinya belum memiliki anak. Itu membuat
pasangan kerajaan itu sangat sedih. Penasehat Prabu menyarankan, agar mereka
mengangkat anak. Namun Prabu dan Ratu tidak setuju. “Buat kami, anak kandung
adalah lebih baik dari pada anak
angkat,” sahut mereka.
Ratu sering murung dan menangis. Prabu
pun ikut sedih melihat istrinya. Lalu Prabu pergi ke hutan untuk bertapa.
Di sana sang Prabu terus berdoa, agar dikaruniai anak. Beberapa bulan kemudian,
keinginan mereka terkabul. Ratu pun mulai hamil. Seluruh rakyat di kerajaan itu
senang sekali. Mereka membanjiri istana dengan hadiah.
Sembilan bulan kemudian, Ratu
melahirkan seorang putri yang diberinama Gilang Rukmini . Penduduk negeri pun
kembali mengirimi putri kecil itu aneka hadiah. Bayi itu tumbuh menjadi anak
yang lucu. Belasan tahun kemudian, ia sudah menjadi remaja yang cantik.
Prabu dan Ratu sangat menyayangi
putrinya. Mereka memberi putrinya apa pun yang dia inginkan. Namun itu
membuatnya menjadi gadis yang manja. Kalau keinginannya tidak terpenuhi, gadis
itu akan marah. Ia bahkan sering berkata kasar. Walaupun begitu, orangtua dan
rakyat di kerajaan itu mencintainya.
Hari berlalu, Putri pun tumbuh menjadi
gadis tercantik di seluruh negeri. Dalam beberapa hari, Putri akan berusia 17
tahun. Maka para penduduk di negeri itu pergi ke istana. Mereka membawa aneka
hadiah yang sangat indah. Prabu mengumpulkan hadiah-hadiah yang sangat banyak
itu, lalu menyimpannya dalam ruangan istana. Sewaktu-waktu, ia bisa
menggunakannya untuk kepentingan rakyat.
Prabu hanya mengambil sedikit emas dan
permata. Ia membawanya ke ahli perhiasan. “Tolong, buatkan kalung yang sangat
indah untuk putriku,” kata Prabu. “Dengan senang hati, Yang Mulia,” sahut ahli
perhiasan. Ia lalu bekerja d sebaik mungkin, dengan sepenuh hati. Ia ingin
menciptakan kalung yang paling indah di dunia, karena ia sangat menyayangi
Putri.
Hari ulang tahun pun tiba. Penduduk
negeri berkumpul di alun-alun istana. Ketika Prabu dan Ratu datang, orang
menyambutnya dengan gembira. Sambutan hangat makin terdengar, ketika Putri yang
cantik jelita muncul di hadapan semua orang. Semua orang mengagumi
kecantikannya.
Prabu lalu bangkit dari kursinya.
Kalung yang indah sudah dipegangnya. “Putriku tercinta, hari ini aku berikan
kalung ini untukmu. Kalung ini pemberian orang-orang dari penjuru negeri.
Mereka sangat mencintaimu. Mereka mempersembahkan hadiah ini, karena mereka
gembira melihatmu tumbuh jadi dewasa. Pakailah kalung ini, Nak,” kata Prabu.
Putri menerima kalung itu. Lalu ia
melihat kalung itu sekilas. “Aku tak mau memakainya. Kalung ini jelek!” seru
Putri. Kemudian ia melempar kalung itu. Kalung yang indah pun rusak. Emas dan
permatanya tersebar di lantai.
Itu sungguh mengejutkan. Tak seorang
pun menyangka, Putri akan berbuat seperti itu. Tak seorang pun bicara. Suasana
hening. Tiba-tiba meledaklah tangis Ratu Purbamanah. Dia sangat sedih melihat
kelakuan putrinya.Akhirnya semua pun meneteskan air mata, hingga istana pun
basah oleh air mata mereka. Mereka terus menangis hingga air mata mereka
membanjiri istana, dan tiba-tiba saja dari dalam tanah pun keluar air yang
deras, makin lama makin banyak. Hingga akhirnya kerajaan Kutatanggeuhan
tenggelam dan terciptalah sebuah danau yang sangat indah.
Di hari yang cerah, kita bisa melihat
danau itu penuh warna yang indah dan mengagumkan. Warna itu berasal dari
bayangan hutan, tanaman, bunga-bunga, dan langit di
sekitar telaga. Namun orang mengatakan, warna-warna itu berasal dari kalung
Putri yang tersebar di dasar telaga.
e. Dampak Positif Pasca
Letusan Gunung Berapi Bagi Masyarakat Petani
Debu halus yang terbang
bersama udara panas akan terhirup manusia dan hewan akan mengakibatkan penyakit
pernafasan. Namun, ketika debu dan lapili ini sudah dingin terkena air hujan
berubah menjadi tanah yang subur. Tanah bekas letusan gunung berapi sangat
bagus untuk tanaman sayuran, buah buahan, dan palawija.
2. Sendratari
Ramayana
Sejarah diadakannya Sendratari Ramayana di candi Prambanan
adalah KGPH Jati Kusuma salah satu kerabat kraton Surakarta yang pada waktu itu
menjabat sebagai Mentri Pariwisata, Pos dan Perhubungan darat yang berkeinginan
menampilkan kesenian tradisional terutama seni tari secara kolosal dengan latar
belakang sebuah bangunan seperti Thailand, Kamboja, dan Mesir. Akhirnya
dipilihlah Yogyakarta sebagai tempat pertunjukan, tempatnya di Candi Prambanan
karena disana terdapat relie cerita Ramayana.
Sendratari Ramayana diepntaskan dan diresmikan
oleh Ir.Soekarno presiden RI yang pertama. Pada tahun 1961 disebelah selatan
candi, di bagian timur sungai ddan pindah ke tempat yang sekarang di bagian
barat candi kira-kira tahun 1966-an dengan tambahan sebuah theather tertutup
Trimurti untuk pementasan dimusim hujan.
Teater terbuka Ramayana sendiri dikelola oleh
PT.Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Beko. Sepanjang 6 bulan
dari bulan Mei sampai Oktober pertunjukan ini digelar setiap malam dengan
cerita penuh dan pada tanggal tertentu dicuplikan dari setiap episode. Ramayana
sendiri menggambarkan kesetiaan, perjuangan, kebaikan lawan kejahatan. Hitam
putih dimana kalau diterjemahkan dalam kehidupan nyata bias menjadi cermin
babgi diri kita sendiri.
Sinopsis
cerita:
Rama Wijaya, Shinta, dan
Leksmana sedang bertualang ke hutan Dandaka. Rawana melihat Dewi Shinta dan
ingin memperistrinya. Maka Rawana menyuruh Marica untuk mengubah dirinya
menjadi kijang kencana. Shinta yang terpesona melihat kijang kencana menyuruh
Rama menangkap kijang kencana. Lalu Rama pergi mengejar kijang itu. Setelah
menumggu lama, Shinta merasa khawatir dan menyuruh Leksman untuk menyusul Rama.
Sebelum meninggalkan Shinta, Leksmana membuat lingkaran pelindung di sekitar
Shinta. Saat Rahwana menyadari bahwa Shinta sendirian, ia lalu menyamar menjadi
pengemis tua lalu menculik Shinta dan membawanya ke kerajaan Alengka.
Dalam perjalanan ke alengka Rahwana bertemu
Jatayu dan mereka bertarung, dan Jatyu kalah. Saat Rama dan Leksmana menyadari
bahwa Sinta telah hilang, Rama negira Jatayu telah membunuhnya namun ditahan
Leksmana. Jatayu menjelaskan semuanya lalu ia mati. Lalu datang Hanuman
menceritakan Subali yang merebut Dewi Tara dari Sugriwa. Rama kemudian bersedia
membantu Sugriwa. Subali lalu dikalahkan Sugriwa dibantu oleh Rama. Sugriwa
akhirnya memutuskan mebantu Rama menyelamatkan Sinta. Lalu Hanuman dikirim ke
kerajaan Alenka. Sementara itu Shinta yang menolak lamaran Rahwana untuk
memperistrinya tiba – tiba mendengar lagu yang dinyanyikan Hanuman. Lalu
Hanuman menghancurkan Taman Argasoka serta membakar Istana Alengka. Lalu
Hanuman melaporkan kekuatan pasukan lawan kepada Rama yang membangun jembatam
untuk menyerang Alengka. Setelah itu peperangan terjadi dan Rahwana kalah.
Kemudian Shinta bertemu Rama kembali namun Rama meragukan kesucian Shinta.
Dengan bantuan Dewa Api Shinta berhasil membuktikan kesuciannya. Dan akhirnya
Rama menerima Shinta kembali.
3. Candi
Prambanan
LEGENDA CANDI PRAMBANAN
Pada jaman dahulu alkisah terdapat
sebuah kerajaan besar yang bernama kerajaan Prambanan. Rakyat di kerajaan
tersebut hidup dengan tentram dan damai hingga suatu hari kerajaan Prambanan
tersebut diserang serta dijajah oleh negeri Pengging. Tentara kerajaan
Prambanan merasa kewalahan menghadapi serangan dari tentara negeri pengging sampai
akhirnya kerajaan Prambanan kalah dan kerajaan Prambanan dikuasai oleh negeri
Pengging. Tampuk kepemimpinan pun akhirnya dipegang oleh Bandung Bondowoso.
Bandung Bondowoso adalah seorang
pemimpinjahat serta kejam. Siapapun yang tidak menuruti perintahnya akan
dihukum mati. Gaya memerintah yang semena - mena inilah yang tidak disukai oleh
rakyat Prambanan. Selain terkenal semena - mena dan kejam, Bandung Bondowoso
juga terkenal memiliki kekuatan sakti serta memiliki pasukan jin dalam jumlah
yang banyak.
Hingga suatu hari Bandung Bondowoso
mengamati gerak - gerik Putri Roro Jonggrang, puti raja Prambanan, yang cantik
jelita. Sampai akhirnya Bandung Bondowoso meminang Roro Jonggrang untuk
dijadikan istrinya. Dengan terkejut Roro Jonggrang pun berfikir keras tentang
cara apa yang harus dia tempuh. Karena bila Roro Jonggrang menolak pinangan
Bandung Bondowoso, pasti Bandung Bondowoso akan murka dan marah sehingga
keselamatan masyarakat Prambanan akan terancam. Oleh karena itu akhirnya Roro
Jonggrang menerima pinangan Bandung Bondowoso namun Roro Jonggrang mengajukan
sebuah syarat: Bandung Bondowoso harus membangun 1000 buah candi dalam waktu
semalam.
Mendengar syarat yang diajukan oleh
Roro Jonggrang tersebut, Bandung Bondowoso merasa sangat marah. Namun oleh para
penasehatnya akhirnya Bandung Bondowoso diberi sejumlah alasan bahwa Bandung
Bondowoso pasti mampu membangun 1000 buah candi dalam waktu semalam dengan
bantuan pasukan jin. Kemudian Bandung Bondowoso melakukan ritual untuk
memanggil pasukan jinnya dan kemudian proses pembangunan 1000 buah candi pun
dimulai.
Dari kejauhan Roro Jonggrang menatap
kesibukan para jin dalam membangun candi, dengan kekuatan jin proses membangunn
1000 buah candi pun berjalan dengan sangat cepat. Melihat bahwa pembangunan
candi tersebut hampir selesai, Roro Jonggrang kemudian memanggil para dayang -
dayang. Sebagian para dayang diberi tugas untuk membakar jerami kering dan
sebagiannya lagi diberi tugas untuk memukul alu. Sehingga tampak semburat
cahaya merah dari hasil bakaran jerami kering serta terdengar suara riuh dari
alu. Tidak lama kemudian ayam jago pun berkokok karena mengira hari telah pagi.
Para jin pun berlarian saat mendengar ayam jago berkokok karena mereka akan
terbakar bila matahri muncul. Bandung Bondowoso pun tidak bisa berbuat banyak
melihat pasukan jin-nya lari tunggang langgang.
Keesokan harinya, Bandung Bondowoso
mengajak Roro Jonggrang untuk menghitung jumlah candi yang dibangunnya semalam.
Dengan seksama Roro Jonggrang menghitung jumlah candi dan ternyata hanya
terdapat 999 candi. Merasa tidak percaya, akhirnya Bandung Bondowoso menghitung
sendiri dan ternayata memang hanya terdapat 999 candi. Bandung Bondowoso merasa
sangat marah apalagi setelah diberitahu salah satu penasehatnya bahwa Roro Jonggrang
lah yang membuat para jin lari. Akhirnya Bandung Bondowoso mengutuk Roro
Jonggrang menjadi candi untuk melengkapi jumlah candi menjadi 1000 buah candi.
Upaya Pelestarian Candi Prambanan:
Candi Prambanan telah
beberapa kali mengalami pelbagai pemugaran dan renovasi sebagai upaya
pelestarian secara mendasar dan proporsional,walaupun candi ini sering
mengalami pemugaran ,namun hasilnya sungguh menajubkan keindahannya.Candi
Prambanan dalam perkembangannya kian menunjukkan kemajuan yang berarti dengan
dibangunnya komplek taman yang megah dilengkapi fasilitas yang proporsional
kemudian sejak tahun 2000-an komplek candi Prambanan dilengkapi panggung
trimurti yang digunakan untuk pertunjukkan sendratari Ramayana pada hari-hari
tertentu .
4. Keraton
Kesultanan Yogyakarta
Pada
tahun 1755 M Sultan Hamengkubuwono I membangun keraton. Tepat di depan keraton
tersebut terdapat 2 pohon beringin besar yang dimitoskan pohon beringin
laki-laki dan perempuan. Menurut catatan sejarah, pohon beringin sebelah barat
berasal dari kerajaan Majapahit dan yang timur dari kerajaan Padjajaran. Di
sekeliling alun-alun depan keraton juga terdapat 62 buah pohon beringin.
Menurut mistosnya yang dituliskan dalam sejarah jika dijumlahkan 62 beringin
pada sekeliling alun-alun ditambah 2 pohon beringin di tengah alun-alun menjadi
64 buah pohon beringin. Dengan itu pula dimaknai sepanjang usia Nabi Muhammad
SAW adalah 64 tahun.
Kemudian
pada tahun 1758 Sri Sultan hamengkubuwono I membangun sebuah pusat perdagangan
untuk menunjang kelangsungan ekonomi masyarakat yogyakarta. Pembangunan pusat
ekonomi ini di lakukan pada sebuah lahan di utara keraton yang pada waktu itu
masih di tumbuhi pohon beringin. Sri Sultan Hamengkubuwono I akhirnya membabat
pohon beringin tersebut dengan harapan lahan yang ditumbuhi beringin itu dapat
mendatangkan kesejahteraan. Dan berdirilah sebuah pusat ekonomi pada waktu itu
dengan bentuk pasar tradisional. Hingga akhirnya pasar tersebut dinamakan
“Beringharjo” asal kata dari “Beringin (pohon beringin)” dan “Harjo (Bahasa
jawa (Kesejahteraan)). Jadi bila digabungkan dapat dimaknai sebagai pohon
beringin yang awalnya ditumbangkan dan diharapkan dapat mendatangkan
kesejahteraan rakyat dari sektor perdagangan. Hingga sampai saat ini pasar itu
masih eksis dan menjadi salah satu obyek wisata perbelanjaan di Yogyakarta.
Nilai-nilai
budaya Keraton dapat dilihat dengan melihat ritual semedi. Dimana Keraton
meyakini bahwa siapa yang sedang bersemedi maka ia selalu berada dalam
keagungan Tuhan YME. Di dalam ritual ini, orang yang bersemedi akan menghadapi
berbagai rintangan. Keraton Yogyakarta melakukan upacara ritual tiap tahunnya
yang dikenal dengan nama upacara grebeg. Grebeg adalah upacara keagamaan yang
dilakukan 3 kali dalam setahun. Bertepatan pada lahinya Nabi Muhammad SAW
(grebeg Maulud), hari raya idul fitri (grebeg Syawal) dan pada hari raya idul
adha (grebeg Besar).pada hari itu, Sri Sultan berkenan memberi sedekah berupa
gunungan-gunungan berisikan makanan dan lain- lain kepada rakyat.
Keraton Yogyakarta sering menggelar seni
pertunjukan. Acara ini menjadi ritual fungsional dari istana. Di antaranya,
adalah pertunjukan Tari Bedoyo yang disucikan, pertunjukan wayang kulit, wayang
wong dan lain-lain. Gambaran dari wayang wong adalah suatu drama tarian
berdasarkan cerita Mahabharata dan Ramayana. Pada zaman dahulu, wayang ini
hanya ditarikan di Keraton atau di tempat tinggal para ningrat. Hanya orang
yang khusus yang dapat membawakan drama tari ini. Drama ini hanya ditarikan
pada acara khusus seperti pada ulang tahun raja atau pangeran, peringatan
penobatan
raja, atau pada penyambutan tamu agung.
Nama nama Sultan Keraton Yogyakarta:
1. Sultan Hamengku Buwono I (Raden Mas Sujana)
2. Sultan
Hamengku Buwono II (Sultan
Sepuh)
3. Sultan
Hamengku Buwono III
4. Sultan Hamengku Buwono IV (BRM Ibnu Jarot)
5. Sultan
Hamengku Buwono V (Raden
Mas Menol)
6. Sultan Hamengku Buwono VI (Pangeran Adipati
Mangkubumi)
7. Sultan Hamengku Buwono VII (Raden Mas
Murtejo)
8. Sultan Hamengku Buwono VIII (Bendoro Raden
Mas Sujati)
9. Sultan Hamengku Buwono IX (Bendoro Raden Mas
Dorojatun)
10. Sultan Hamengku Buwono X (BRM Herjuno
Darpito)
2.
M a l i o b o r o
Jalan Malioboro adalah nama salah satu
jalan dari tiga jalan di Kota
Yogyakarta yang
membentang dari Tugu
Yogyakarta hingga
ke perempatan Kantor Pos Yogyakarta. Secara keseluruhan terdiri dari Jalan
Pangeran Mangkubumi, Jalan Malioboro dan Jalan Jend. A.
Yani. Jalan ini merupakan porosGaris
Imajiner Kraton Yogyakarta.
Terdapat
beberapa obyek bersejarah di kawasan tiga jalan ini antara lain Tugu
Yogyakarta, Stasiun
Tugu, Gedung
Agung,Pasar
Beringharjo, Benteng
Vredeburg dan Monumen
Serangan Oemoem 1 Maret.
Jalan
Malioboro sangat terkenal dengan parapedagang kaki lima yang menjajakan
kerajinan khas jogja dan warung-warung lesehan di malam hari yang
menjual makanan gudeg khas jogja serta
terkenal sebagai tempat berkumpulnya para Seniman-seniman-seniman yang sering
mengekpresikan kemampuan mereka seperti bermain musik, melukis, hapening art, pantomim dan
lain-lain disepanjang jalan ini.
1.
Pantai Parangtritis
Legenda
Dalam
kepercayaan masyarakat Jawa, sosok Ratu Kidul merupakan sosok agung yang dimuliakan
dan dihormati dalam mitologi Jawa. Karena orang Jawa mengenal sebuah istilah
"telu-teluning atunggal" yaitu tiga sosok yang menjadi satu kekuatan.
Yaitu, Eyang Resi Projopati, Panembahan Senopati, dan Ratu Kidul. Panembahan
merupakan pendiri kerajaan Mataram Islam, yang dipertemukan oleh Ratu Kidul
ketika bertiwikrama sesuai arahan Sunan Kalijaga guna memenuhi wangsit yang
diterimanya membangun sebuah keraton yang sebelumnya sebuah hutan dengan nama
"alas mentaok" (kini Kotagede di Daerah Istimewa Yogyakarta). Pada
proses bertapa, diceritakan semua alam menjadi kacau, ombak besar, hujan badai,
gempa, dan gunung meletus. Ratu Kidul setuju membantu dan melindungi Kerajaan
Mataram, dan bahkan dipercaya menjadi "istri spiritual" bagi Raja-raja
trah Mataram Islam.
Pemahaman
terkait penguasa laut selatan harus diluruskan. Karena antara "Rara
kidul" dengan "Ratu kidul" sangatlah berbeda. Namun sudah
menjadi pemahaman umum bahwa sosok tersebut adalah sama. Dalam kepercayaan
Kejawen, yaitu kepercayaan Jawa yang dipengaruhi Hindu dan sudah bercampur
beberapa unsur Islam, dalam mitologi Jawa, alam kehidupan itu terbagi menjadi
beberapa Tahap. Tahap pertama adalah alam Kadewan, kedua adalah alam Nabi,
ketiga adalah alam Wali, keempat alam Menungsa (Manusia) dan yang akan datang
adalah alam Adil. Pada mitologi Jawa, Ratu Kidul merupakan ciptaan dari Dewa
Kaping telu yang kemudian mengisi alam kehidupan sebagai Dewi Padi (Dewi Sri)
dan dewi alam lainnya. Sedangkan Rara Kidul merupakan Putri dari Raja Sunda
yang terusir oleh ayahandanya sendiri karena ulah dari ibu tirinya sendiri yang
kemudian menjelma menjadi sosok penguasa di laut selatan setelah menceburkan
diri di laut selatan. Dan cerita terkait antara "Ratu Kidul" dengan
"Rara Kidul" bisa dikatakan beda fase tahapan kehidupan menurut
mitologi Jawa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar