Rabu, 25 Desember 2013

How To Make Simple Christmas Tree

What you need


  • Cardboard. 



  • A square of cardboard, any colour



  • Ribbon


How to do it


  1. Fold the square of cardboard in half to make a rectangle.
  2. Cut from the point of the fold across the card to the outside open edge to make a triangle.
  3. Keeping the cardboard folded, cut small triangles out of the fold side.
  4. Next cut small triangles out of other side.
  5. Open the card and you will find a tree shape.
  6. Punch a hole in the top and thread with ribbon.


Hint


  • Using green cardboard highlights the tree effect.



  • Sparkles/glitter can be glued onto the front to personalize the decoration.



  •  This tree can have quite a "modern" minimalistic look to it.

How to Make Christmas Paper Decoration

There is no rule that states you can't create a temporary art gallery at Christmas time. A few tree ornaments, plywood letters and paper decorations Blu-Taked to the wall makes a striking feature. We created a delicate doily snowflake and circular star from wrapping paper by following these simple steps.

You'll need:

3 paper doilies
Sticky tape or double-sided tape
Patterned wrapping paper

Step one

Fold the doily into a concertina (like a paper fan). Fold in half.

Step two

Stick the two ends together with tape.

Step three

Repeat with other two doilies so all three are connected and are fanned out slightly. Then stick on the wall with Blu-Tak

Tip! For the wrapping paper star, cut the paper into rectangular pieces around 15cm by 20cm.

How To Make Paper Christmas Wreath

What you need:


  • 2 x A4 sheets of green construction paper
  • 1 x A4 sheet of red construction paper
  • pencil
  • ruler
  • scissors
  • stapler
  • glue
How to make it

  1. Fold each A4 sheet of green construction paper in half, lengthways.
  2. Now rule a line 2cm from the open edge (as opposed to the folded edge.)
  3. Then cut from the folded edge to the line, 1cm slits all along the length of each green sheet.
  4. Roll the sheet into a tunnel, join one sheet to the other with the stapler and then coil the whole length around to form a circle shape. 
  5. Staple the ends together.Add red 'berries' and a red 'bow' using the red construction paper.

How To Make Christmas Tree Greeting Card

What You Need

  • Card stock in green and crimson
  • Ribbon
  • Scrapbooking embellishment ornaments
  • Black fine-tip marker
  • Glue


How to Make It


  1. Fold a piece of crimson card stock in half.
  2. Cut out a handmade tree from the green card stock, gluing it to the red card stock
  3. Tie a ribbon to the cover.
  4. Handwrite text with a fine-tip marker.
  5. Add cute ornaments to the tree to complete the joyful holiday greeting.

Senin, 23 Desember 2013

Dongeng Natal Hans Christian Andersen: Cemara yang Selalu Mengeluh

Di hutan yang sangat subur, tumbuhlah sebatang pohon cemara kecil. Di sekelilingnya juga tumbuh pohon pinus dan pohon cemara lainnya. Cemara Kecil banyak terkena cahaya matahari dan udara segar.

Cemara Kecil memiliki semangat hidup yang sangat besar. Ia selalu berkhayal menjadi Cemara yang besar dan tinggi. Ia terlalu sibuk dengan khayalannya, dan tak peduli dengan sekelilingnya. Ia tak peduli akan hangatnya cahaya matahari dan udara segar. Ia juga tak mempedulikan anak-anak yang bermain di dekatnya. Anak-anak itu sering mengaguminya.

“Lihat! Cemara Kecil ini cantik sekali, ya!” Tapi, Cemara Kecil itu tak suka mendengarnya.

“Oh, andai saja aku besar seperti yang lain!” keluh Cemara Kecil. “Aku akan merentangkan cabang-cabangku. Dengan puncakku, aku dapat memandang alam bebas. Burung-burung akan bersarang di cabangku. Aku akan mengangguk-angguk lembut saat angin berhembus."

Cemara Kecil selalu merasa tak bahagia. Ia tak dapat menikmati sinar cahaya matahari. Ia juga tak mendengar kicauan burung-burung yang menghiburnya. Kelembutan awan yang menyelimutinya pada pagi dan siang hari tak dirasakannya.

Sekarang musim dingin tiba. Salju mulai bertebaran. Kelinci-kelinci sering melompati Cemara Kecil. Oh, menjengkelkan sekali!

Tak terasa dua musim dingin berlalu. Menjelang musim dingin ketiga, Cemara Kecil mulai tinggi. Sekarang ia menjadi Cemara Muda.

“Asyik, sekarang aku tumbuh tinggi,” pikirnya senang.

Cemara Muda bergidik ketika melihat Cemara tertinggi dirobohkan. Ya, setiap musim gugur, penembang kayu selalu merobohkan beberapa pohon cemara yang tinggi. Cabang-cabangnya dipangkas dan diangkut dengan gerobak.

“Apa yang terjadi pada mereka, ya? Dibawa ke mana mereka?” Cemara Muda jadi penasaran.

Saat musim semi tiba, Burung Layang-layang dan Bangau terbang dan hinggap di dekap Cemara Muda. Cemara itu bertanya, “Apa yang terjadi dengan cemara-cemara yang dirobohkan itu?”

“Wah, aku tak tahu,” jawab Bangau. “Tapi, ketika aku terbang dari Mesir, aku melihat banyak kapal baru. Di kapal itu ada tiang besar yang terbuat dari pinus. Mereka titip salam untukmu.”

“Benarkah? Oh, andai aku cukup tinggi, aku pasti bisa ikut menyeberangi lautan! Lautan itu seperti apa, ya?”

“Aduh, bagaimana menerangkannya, ya?” kata Bangau. “Hmm, lautanitu merupakan kumpulan air yang sangat banyak. Di situ banyak terdapat kapal-kapal layar. Sudah, ya, aku terbang dulu,” pamit Bangau kepada Cemara Muda.

“Sudahlah, nikmati saja masa mudamu,” kata Cahaya Matahari. “Nanti, kau juga akan tahu.” Angin mencium dengan hembusannya dan embun meneteskan air matanya. Tapi, Cemara tak menghargai semua itu.

Saat Natal tiba, penebang kayu datang dan menebang cemara yang paling muda. Cemara itu diangkut dengan gerobak. Cabang-cabangnya dibiarkan tetap ada.“

Ke mana mereka pergi, ya?” tanya Cemara Muda. “Padahal mereka lebih pendek dan lebih kecil daripada aku. Mengapa cabangnya dibiarkan saja?”

“Oh, kami tahu kemana mereka pergi!” teriak Burung Pipit. “Saat kami mengintip lewat jendela rumah, mereka tampak megah sekali. Tubuh mereka penuh dengan berbagai hiasan yang indah-indah. Cemara itu diletakkan di tengah ruangan yang besar dan hangat.”

“Lalu, apa yang akan terjadi?” tanya Cemara bingung. Seluruh cabang Cemara Muda itu gemetar membayangkan cerita si Burung Pipit.

Cemara lalu bertanya pada Burung Pipit.

“Hanya itu yang kami lihat. Pokoknya cemara itu menjadi indah sekali,” kata Burung Pipit.

“Apakah aku juga akan mengalami hal yang sama?” tanya Cemara.

“Seandainya aku yang ada di gerobak itu…,” katanya berkhayal.

“Sudahlah, Cemara. Bersenang-senanglah di masa mudamu bersama kami di alam bebas,” kata Cahaya Matahari.

“Iya, nanti juga kamu merasakannya,” sambung Udara Segar.

Tapi, Cemara Muda tetap merasa tak bahagia. Ia membayangkan berada di gerobak itu. waktu terus berganti. Ia tumbuh semakin tinggi. Musim dingin dan musim panas berlalu, daunnya tetap berwarna hijau tua. Orang-orang memujinya sebagai Cemara yang paling indah.

“Natal nanti, pohon cemara ini akan kita tebang!” kata penebang kayu sambil menunjuk Cemara Muda.

Hari Natal pun tiba. Cemara Muda itulah yang pertama kali ditebang. Saat itu ia merasa tak berdaya. Ia tidak akan bertemu lagi dengan semak-semak kecil, bunga-bunga, dan burung-burung. Ia juga harus berpisah dengan Cahaya Matahari dan Udara Segar. Ah….

Cemara baru siuman ketika ia diturunkan di halaman. Ia dibawa ke ruangan yang besar dan indah. Lalu, ia diletakkan di bak pasir yang ditutupi kain hijau.

“Wah, ini pohon Natal yang sangat indah!” kata para pelayan. Seorang pelayan laki-laki mengangkat Cemara dan membawanya masuk.

“Apa yang akan mereka lakukan?” tanya Cemara bingung. Anak-anak melihat dari jendela kamar mereka.

“Lihat, pohon cemara itu bagus sekali, ya!” teriak mereka gembira.

“Pohon itu akan lebih indah kalau sudah dihias!” kata anak yang tertua.

Pelayan-pelayan menghiasnya dengan aneka hiasan pohon Natal. Cabang-cabangnya digantungi kantong-kantong kecil berisi permen, apel, dan kenari yang dibungkus kertas emas. Pelayan juga meletakkan ratusan lilin merah, biru, dan putih serta boneka-boneka. Puncaknya dihiasi bintang besar dari kertas emas.

“Oh, apakah Burung Pipit akan terbang melintasi jendela untuk melihatku?” pikir Cemara. “Apakah aku akan berakar di sini, dan tetap dihias selama musim dingin dan musim panas?”

Sekarang lilin-lilin dinyalakan. Wow, betapa terang dan megah! Cabang-cabang Cemara gemetar sehingga salah satu lilin membakar daunnya yang hijau. Untunglah pelayang segera mematikan api itu. Cemara tak berani lagi bergoyang-goyang. Ia hanya diam bagaikan batu.

Tiba-tiba, pintu terbuka. Anak-anak masuk ke ruangan sambil bersorak-sorak gembira, diikuti oleh orang tuanya. Mereka menari-nari di sekeliling Cemara.

“Aduh, berisik sekali. Apa yang akan mereka lakukan?” pikir Cemara.

Lilin-lilin dipadamkan. Anak-anak mulai menyerbu Cemara itu dan mengambil hadiah-hadiah yang bergantungan. Mereka terus berlompatan. Andaikan bintang emas itu tak diikatkan pada langit-langit, mungkin Cemara sudah roboh.

“Ayo, Kek. Ceritakan dongeng lagi!” anak-anak menarik seorang kakek ke dekat Cemara.

“Nah, dengarkan,” kata Kakek. “Anggap saja sekarang kita berada di dalam hutan. Tapi, Kakek hanya menceritakan sebuah dongeng saja, ya! Kalian ingin dongeng Jack Pembunuh Raksasa atau Simon si Sederhana yang jatuh dari tangga, tapi akhirnya bisa mempersunting sang putri?”

Anak-anak menjadi ribut memilih. Akhirnya, Kakek menceritakan kedua dongeng itu. Cemara ikut mendengarkan dengan sepenuh perhatian.

Keesokan harinya, pelayan-pelayan membawanya ke loteng. Kini, Cemara tersembunyi dan terlupakan.

“Apa yang harus kulakukan? Hmmm, mungkin mereka meletakkan aku di sini agar tetap hangat dan nyaman sampai musim semi tiba nanti. Saat musim dingin begini, tanah menjadi keras dan tertutup salju. Jadi orang tak bisa menanamku kembali. Manusia memang baik hati,” pikir Cemara.

Tapi, Cemara jadi sedih bila seseorang masuk ke loteng. Orang itu hanya meletakkan beberapa kotak di sudut, dan tidak mempedulikan Cemara sama sekali.

“Hu… hu… hu… aku jadi ingat waktu hidup di hutan dulu,” tangis Cemara sedih. “Indah sekali saat salju menyelimuti tanah dan kelinci berlompatan. Di sini sepi dan mencekam. Aku takut!” kata Cemara sedih.

Tiba-tiba, muncul dua ekor tikus. Mereka mengendus Cemara dan berlari di antara cabang-cabangnya. “Hei, Cemara Tua! Di sini tempat yang bagus ‘kan?”

“Aku belum tua!” protes Cemara.

“Oh, maaf. Dari mana asalmu? Apa kau tahun di mana tempat terindah di dunia? Pernahkah kau menari di antara bongkahan keju dalam lemari makanan?” tanya seekor tikus.

“Aku tak tahu apa-apa tentang semua itu. Tapi, aku tahu, ada hutan yang disinari cahaya matahari dan angin yang berhembus sejuk. Burung-burung dan kelinci bermain dengan riang,” Cemara mulai menceritakan masa lalunya. Ia juga bercerita tentang malam Natal yang indah dan dongeng Jack Pembunuh Raksasa dan Simon si Sederhana.

Tikus-tikus senang mendengarnya. Malam berikutnya, lebih banyak tikus lagi yang datang untuk mendengarkan cerita itu. tapi, lama-kelamaan mereka mulai bosan dan menjauhinya.

“Ya, betapa indahnya ketika tikus-tikus yang gesit itu berkumpul dan mendengarkan dongengku,” keluh Cemara. “Kini semua sudah berlalu. Ah, aku akan bahagia bila dibawa keluar lagi.”

Suatu hari, beberapa orang datang dan menggeledah loteng. Mereka menyingkirkan kotak-kotak bekas dan membawa Cemara keluar. Seorang pelayan membawanya ke halaman terbuka.

“Ah… sekarang kehidupanku akan dimulai!” pikir Cemara gembira. Dibentangkannya cabang-cabangnya. Tapi… oh! Cabangnya telah layu dan menguning. Cemara itu kini hanya berbaring di rerumputan. Ia sedih melihat semua bunga edang mekar dan menebarkan bau harum. Burung Layang-layang terbang sambil berkicau.

Seorang anak laki-laki mendekat dan berdiri di atas cabangnya sehingga cabang itu patah. Ia mengambil bintang keemasan yang ada di puncak Cemara.

“Lihat pohon Natal tua ini. Kasihan, ya!” katanya sedih.

Kemudian petani datang dan memotong Cemara menjadi kayu bakar. Lalu petani itu membakarnya di bawah ketel besar.

Cemara mengerang-erang kesakitan. Erangannya membuat anak-anak yang sedang bermain di luar berlari mendekat, dan duduk di perapian.

“Aduh, betapa malangnya nasib cemara ini,” kata seorang anak kecil. “Dulu ia berdiri megah di malam Natal. Sekarang hanya menjadi onggokan kayu bakar.”

“Ayo, kita main lagi!” seru anak lainnya. “Horee! Ayo, lemparkan bola itu tinggi-tinggi!”

Kretek… kretek… kretek… bunyi dahan-dahan Cemara dilalap api. Cemara teringat hari-hari indahnya. Saat musim panas dan musim dingin di hutan, saat bintang bersinar terang. Ia membayangkan malam Natal yang indah dengan dongeng Simon Si Sederhana.Perlahan-lahan, cemara itu pun terbakar habis dan menjadi abu. Hidup Cemara berakhir sudah.

5 Dekorasi Natal Paling Heboh di Dunia

1. Rumah dengan hiasan Natal paling heboh di Inggris

Seorang penduduk yang tinggal di Melksham ingin merayakan Natal dengan sempurna. Oleh karena itulah, butuh waktu sekitar sebulan untuk mempersiapkan hiasan lampu Natal yang indah.Rumah milik seorang ahli listrik bernama Alex Goodhind ini dipenuhi dengan 100.000 bohlam lampu. Lampu-lampu ini di dibentuk sedemikian rupa yang bertema khas Natal. Rusa, pohon natal dan Sinterklas terlihat berkilau di sini.

2. Pohon Natal di atas air paling besar sedunia

Jika biasanya Anda melihat pohon Natal di atas salju atau di dalam mal, maka beda ceritanya saat Anda liburan ke Rio de Janeiro. Di sini, ada pohon Natal setinggi 85 meter dan berdiri anggun di atas air tepatnya di laguna Rodrigo de Freitas.

3. Sinterklas paling besar di dunia

Bagaimana rasanya saat melihat Sinterklas paling besar di dunia? Bagi anak-anak, ini jadi salah satu momen yang tak bisa mereka lupakan. Anda bisa menyambangi Sinterklas terbesar di dunia saat liburan di Desa Saint Niklaus di Swiss barat.Di sini ada Sinterklas setinggi 36,5 meter. Sang Santa berdiri menjulang di antara rumah dan bangunan lain yang ada di desa tersebut. Suasana Natal pun makin terasa karena hampir seluruh rumah di sana diselimuti salju. Satu lagi, Santa ini sudah berumur 350 tahun lho!

4. Pohon Natal paling besar di Swedia

Masih pohon Natal, kali ini pohon Natal yang berada di tepi laut. Adalah Dermaga Skeppsbro di kota tua Stockholm, Swedia yang jadi lebih bersinar saat Natal.Ini karena ada pohon cemara setinggi 36 meter yang menjulang di tepian dermaga. Pohon ini terbuat dari kumpulan pohon cemara dan dihias dengan lampu-lampu meriah. Pohon ini tak hanya jadi pemandangan bagi warga dan wisatawan yang sedang melancong ke sana, namun juga bagi wisatawan yang datang dengan menggunakan kapal laut.

5. Pohon Natal paling unik sedunia

Hampir semua pohon Natal berbentuk 3 dimensi. Tapi tidak halnya dengan pohon Natal yang ada di salah satu hotel di Tokyo, Jepang. Pohon di sini terbuat dari lampu neon.Tokyo's Akasaka Grand Prince Hotel ingin berbagi pemandangan pohon Natal tak hanya untuk para tamu-tamunya. Maka dari itu, mereka membuat gambar pohon Natal di badan bagian luar hotel. Ada lampu neon warna-warni yang membentuk pohon yang bisa dilihat dari luar. "Pohon Natal" ini setinggi 100 meter sehingga jadi pemandangan tersendiri bagi banyak orang.

Asal Usul Pohon Natal

Hayo hayoo siapa yang udh pasang pohon nataal? Udah mau natal nih. Bagi yang belom pasang. Ayo dong dipasang pohon natalnya. Tapi ada sebuah kisah dibalik tradini memasang pohon natal.

Kisah Pohon Natal merupakan bagian dari riwayat hidup St. Bonifasius, yang nama aslinya adalah Winfrid. St. Bonifasius dilahirkan sekitar tahun 680 di Devonshire, Inggris. Pada usia lima tahun, ia ingin menjadi seorang biarawan; ia masuk sekolah biara dekat Exeter dua tahun kemudian. Pada usia empatbelas tahun, ia masuk biara di Nursling dalam wilayah Keuskupan Winchester. St. Bonifasius seorang yang giat belajar, murid abas biara yang berpengetahuan luas, Winbert. Kelak, Bonifasius menjadi pimpinan sekolah tersebut.

Pada waktu itu, sebagian besar penduduk Eropa utara dan tengah masih belum mendengar tentang Kabar Gembira. St. Bonifasius memutuskan untuk menjadi seorang misionaris bagi mereka. Setelah satu perjuangan singkat, ia mohon persetujuan resmi dari Paus St. Gregorius II. Bapa Suci menugaskannya untuk mewartakan Injil kepada orang-orang Jerman. (Juga pada waktu itu St. Bonifasius mengubah namanya dari Winfrid menjadi Bonifasius). St. Bonifasius menjelajah Jerman melalui pegunungan Alpen hingga ke Bavaria dan kemudian ke Hesse dan Thuringia. Pada tahun 722, paus mentahbiskan St. Bonifasius sebagai uskup dengan wewenang meliputi seluruh Jerman. Ia tahu bahwa tantangannya yang terbesar adalah melenyapkan takhayul kafir yang menghambat diterimanya Injil dan bertobatnya penduduk. Dikenal sebagai “Rasul Jerman”, St. Bonifasius terus mewartakan Injil hingga ia wafat sebagai martir pada tahun 754. Marilah kita memulai cerita kita tentang Pohon Natal.

Dengan rombongan pengikutnya yang setia, St. Bonifasius sedang melintasi hutan dengan menyusuri suatu jalan setapak Romawi kuno pada suatu Malam Natal. Salju menyelimuti permukaan tanah dan menghapus jejak-jejak kaki mereka. Mereka dapat melihat napas mereka dalam udara yang dingin menggigit. Meskipun beberapa di antara mereka mengusulkan agar mereka segera berkemah malam itu, St. Bonifasius mendorong mereka untuk terus maju dengan berkata, “Ayo, saudara-saudara, majulah sedikit lagi. Sinar rembulan menerangi kita sekarang ini dan jalan setapak enak dilalui. Aku tahu bahwa kalian capai; dan hatiku sendiri pun rindu akan kampung halaman di Inggris, di mana orang-orang yang aku kasihi sedang merayakan Malam Natal. Oh, andai saja aku dapat melarikan diri dari lautan Jerman yang liar dan berbadai ganas ini ke dalam pelukan tanah airku yang aman dan damai! Tetapi, kita punya tugas yang harus kita lakukan sebelum kita berpesta malam ini. Sebab sekarang inilah Malam Natal, dan orang-orang kafir di hutan ini sedang berkumpul dekat pohon Oak Geismar untuk memuja dewa mereka, Thor; hal-hal serta perbuatan-perbuatan aneh akan terjadi di sana, yang menjadikan jiwa mereka hitam. Tetapi, kita diutus untuk menerangi kegelapan mereka; kita akan mengajarkan kepada saudara-saudara kita itu untuk merayakan Natal bersama kita karena mereka belum mengenalnya. Ayo, maju terus, dalam nama Tuhan!”

Mereka pun terus melangkah maju dengan dikobarkan kata-kata semangat St. Bonifasius. Sejenak kemudian, jalan mengarah ke daerah terbuka. Mereka melihat rumah-rumah, namun tampak gelap dan kosong. Tak seorang pun kelihatan. Hanya suara gonggongan anjing dan ringkikan kuda sesekali memecah keheningan. Mereka berjalan terus dan tiba di suatu tanah lapang di tengah hutan, dan di sana tampaklah pohon Oak Kilat Geismar yang keramat. “Di sini,” St. Bonifasius berseru sembari mengacungkan tongkat uskup berlambang salib di atasnya, “di sinilah pohon oak Kilat; dan di sinilah salib Kistus akan mematahkan palu sang dewa kafir Thor.”

Di depan pohon oak itu ada api unggun yang sangat besar. Percikan-percikan apinya menari-nari di udara. Warga desa mengelilingi api unggun menghadap ke pohon keramat. St. Bonifasius menyela pertemuan mereka, “Salam, wahai putera-putera hutan! Seorang asing mohon kehangatan api unggunmu di malam yang dingin.” Sementara St. Bonifasius dan para pengikutnya mendekati api unggun, mata orang-orang desa menatap orang-orang asing ini. St. Bonifasius melanjutkan, “Aku saudaramu, saudara bangsa German, berasal dari Wessex, di seberang laut. Aku datang untuk menyampaikan salam dari negeriku, dan menyampaikan pesan dari Bapa-Semua, yang aku layani.”Hunrad, pendeta tua dewa Thor, menyambut St. Bonifasius beserta para pengikutnya.

Hunrad kemudian berkata kepada mereka, “Berdirilah di sini, saudara-saudara, dan lihatlah apa yang membuat dewa-dewa mengumpulkan kita di sini! Malam ini adalah malam kematian dewa matahari, Baldur yang Menawan, yang dikasihi para dewa dan manusia. Malam ini adalah malam kegelapan dan kekuasaan musim dingin, malam kurban dan kengerian besar. Malam ini Thor yang agung, dewa kilat dan perang, kepada siapa pohon oak ini dikeramatkan, sedang berduka karena kematian Baldur, dan ia marah kepada orang-orang ini sebab mereka telah melalaikan pemujaan kepadanya. Telah lama berlalu sejak sesaji dipersembahkan di atas altarnya, telah lama sejak akar-akar pohonnya yang keramat disiram dengan darah. Sebab itu daun-daunnya layu sebelum waktunya dan dahan-dahannya meranggas hingga hampir mati. Sebab itu, bangsa-bangsa Slav dan Saxon telah mengalahkan kita dalam pertempuran. Sebab itu, panenan telah gagal, dan gerombolan serigala memporak-porandakan kawanan ternak, kekuatan telah menjauhi busur panah, gagang-gagang tombak menjadi patah, dan babi hutan membinasakan pemburu. Sebab itu, wabah telah menyebar di rumah-rumah tinggal kalian, dan jumlah mereka yang tewas jauh lebih banyak daripada mereka yang hidup di seluruh dusun-dusunmu. Jawablah aku, hai kalian, tidakkah apa yang kukatakan ini benar?” Orang banyak menggumamkan persetujuan mereka dan mereka mulai memanjatkan puji-pujian kepada Thor.

Ketika suara-suara itu telah reda, Hunrad mengumumkan, “Tak satu pun dari hal-hal ini yang menyenangkan dewa. Semakin berharga persembahan yang akan menghapuskan dosa-dosa kalian, semakin berharga embun merah yang akan memberi hidup baru bagi pohon darah yang keramat ini. Thor menghendaki persembahan kalian yang paling berharga dan mulia.”    
 
Dengan itu, Hunrad menghampiri anak-anak, yang dikelompokkan tersendiri di sekeliling api unggun. Ia memilih seorang anak laki-laki yang paling elok, Asulf, putera Duke Alvold dan isterinya, Thekla, lalu memaklumkan bahwa anak itu akan dikurbankan untuk pergi ke Valhalla guna menyampaikan pesan rakyat kepada Thor. Orang tua Asulf terguncang hebat. Tetapi, tak seorang pun berani berbicara.

Hunrad menggiring anak itu ke sebuah altar batu yang besar antara pohon oak dan api unggun. Ia mengenakan penutup mata pada anak itu dan menyuruhnya berlutut dan meletakkan kepalanya di atas altar batu. Orang-orang bergerak mendekat, dan St. Bonifasius menempatkan dirinya dekat sang pendeta. Hunrad kemudian mengangkat tinggi-tinggi palu dewa Thor keramat miliknya yang terbuat dari batu hitam, siap meremukkan batok kepala Asulf yang kecil dengannya. Sementara palu dihujamkan, St. Bonifasius menangkis palu itu dengan tongkat uskupnya sehingga palu terlepas dari tangan Hunrad dan patah menjadi dua saat menghantam altar batu. Suara decak kagum dan sukacita membahana di udara. Thekla lari menjemput puteranya yang telah diselamatkan dari kurban berdarah itu lalu memeluknya erat-erat.

St. Bonifasius, dengan wajahnya bersinar, berbicara kepada orang banyak, “Dengarlah, wahai putera-putera hutan! Tidak akan ada darah mengalir malam ini. Sebab, malam ini adalah malam kelahiran Kristus, Putera Bapa Semua, Juruselamat umat manusia. Ia lebih elok dari Baldur yang Menawan, lebih agung dari Odin yang Bijaksana, lebih berbelas kasihan dari Freya yang Baik. Sebab Ia datang, kurban disudahi. Thor, si Gelap, yang kepadanya kalian berseru dengan sia-sia, sudah mati. Jauh dalam bayang-bayang Niffelheim ia telah hilang untuk selama-lamanya. Dan sekarang, pada malam Kristus ini, kalian akan memulai hidup baru. Pohon darah ini tidak akan menghantui tanah kalian lagi. Dalam nama Tuhan, aku akan memusnahkannya.” St. Bonifasius kemudian mengeluarkan kapaknya yang lebar dan mulai menebas pohon. Tiba-tiba terasa suatu hembusan angin yang dahsyat dan pohon itu tumbang dengan akar-akarnya tercabut dari tanah dan terbelah menjadi empat bagian.

Di balik pohon oak raksasa itu, berdirilah sebatang pohon cemara muda, bagaikan puncak menara gereja yang menunjuk ke surga. St. Bonifasius kembali berbicara kepada warga desa, “Pohon kecil ini, pohon muda hutan, akan menjadi pohon kudus kalian mulai malam ini. Pohon ini adalah pohon damai, sebab rumah-rumah kalian dibangun dari kayu cemara. Pohon ini adalah lambang kehidupan abadi, sebab daun-daunnya senantiasa hijau. Lihatlah, bagaimana daun-daun itu menunjuk ke langit, ke surga. Biarlah pohon ini dinamakan pohon kanak-kanak Yesus; berkumpullah di sekelilingnya, bukan di tengah hutan yang liar, melainkan dalam rumah kalian sendiri; di sana ia akan dibanjiri, bukan oleh persembahan darah yang tercurah, melainkan persembahan-persembahan cinta dan kasih.”

Maka, mereka mengambil pohon cemara itu dan membawanya ke desa. Duke Alvold menempatkan pohon di tengah-tengah rumahnya yang besar. Mereka memasang lilin-lilin di dahan-dahannya, dan pohon itu tampak bagaikan dipenuhi bintang-bintang. Lalu, St. Bonifasius, dengan Hundrad duduk di bawah kakinya, menceritakan kisah Betlehem, Bayi Yesus di palungan, para gembala, dan para malaikat. Semuanya mendengarkan dengan takjub. Si kecil Asulf, duduk di pangkuan ibunya, berkata, “Mama, dengarlah, aku mendengar para malaikat itu bernyanyi dari balik pohon.” Sebagian orang percaya apa yang dikatakannya benar; sebagian lainnya mengatakan bahwa itulah suara nyanyian yang dimadahkan oleh para pengikut St. Bonifasius, “Kemuliaan bagi Allah di tempat mahatinggi, dan damai di bumi; rahmat dan berkat mengalir dari surga kepada manusia mulai dari sekarang sampai selama-lamanya.”

Sementara kita berkumpul di sekeliling Pohon Natal kita, kiranya kita mengucap syukur atas karunia iman, senantiasa menyimpan kisah kelahiran Sang Juruselamat dalam hati kita, dan menyimak nyanyian pujian para malailat. Kepada segenap pembaca, saya mengucapkan Selamat Hari Raya Natal yang penuh berkat dan sukacita!

* Fr. Saunders is pastor of Our Lady of Hope Parish in Potomac Falls and a professor of catechetics and theology at Notre Dame Graduate School in Alexandria.

sumber : “Straight Answers: Christmas Tree Origins” by Fr. William P. Saunders; Arlington Catholic Herald, Inc; Copyright ©2002 Arlington Catholic Herald.  All rights reserved; www.catholicherald.com

Senin, 16 Desember 2013

Resep Country Christmas Cake America

Biasanya kalo mau natal sibuk nih bikin atau beli kue natal buat dikasih ke tetangga, teman, ataupun keluarga. American Christmas Cake mungkin sesuai dengan tema natal kali ini. Gimana cara bikinnya? Checkn it out!

Bahan yang diperlukan

250 gram tepung terigu

4 butir telur ayam

250 gram mentega

250 gram gula halus

300 gram buah kering (misal sukade, kismis, cheri)

100 gram kacang mete, dicincang kasar

1 sendok makan bumbu lapis legit

1 sendok teh baking powder

50 cc susu evaporasi

Cara Membuat

Pertama kocok gula halus dan mentega hingga putih, lalu masukkan telur ayam satu persatu, kocok hingga lembut.

Kemudian tambahkan terigu, buah kering (sukade, kismis, cheri), kacang, dan semua bahan lain, aduk aduk dengan sendok kayu sampai tercampur rata.

Selanjutnya tuanglah ke loyang yang sudah diolesi margarin dan ditabur terigu, lalu taburi diatasnya ; kacang mete dan manisan buah cheri merah.

Terakhir panggang di oven kurang lebih 50 menit disuhu 160o C, hingga matang kecoklatan.angkat,selesai

Rabu, 11 Desember 2013

Asal Usul Santa Claus

siapa sih yang ga tau santa claus? itu loh yang suka ngasih kado pas natal. yap santa claus itu terkenal di kalangan anak anak sebagai tokoh yang suka memberi hadiah pada saat natal ketika anak itu melakukan banyak kebaikan. saya pun dulu suka moment natal karna saya percaya bahwa santa claus akan memberi saya hadiah atas kebaikan kebaikan yang saya lakukan. namun seiring berjalannya waktu saya bertanya tanya, siapa sih santa claus itu? biar ga penasaran santa claus itu siapa cek artikel ini yuuk

Santa Claus berasal dari tokoh dalam cerita rakyat di Eropa yang berasal dari tokoh Nikolas, uskup terhormat dari Myra, sebuah kota Romawi yang sekarang bernama Turki. Lahir sekitar tahun 270 Masehi, Nicholas sudah menjadi uskup saat masih berusia muda dan suka memberi hadiah kepada orang miskin. Ia adalah anak tunggal dari keluarga Kristen yang berkecukupan bernama Epiphanius (Ἐπιφάνιος) dan Johanna (Ἰωάννα) atau Theophanes (Θεοφάνης) dan Nonna (Νόννα) menurut versi lain.

Nicholas mendedikasikan dirinya untuk membantu orang miskin sepanjang hidupnya dan membayar mahal untuk gadis-gadis miskin. Reputasinya sebagai pemberi hadiah rahasia di sekitar kota tumbuh seiring dengan waktu. Ia dikenal terutama sebagai penyimpan koin atau menempatkan sesuatu ke dalam sepatu anak-anak, kadang-kadang dengan imbalan wortel atau jerami untuk kuda-kuda.

Nicholas digambarkan secara tradisional mengenakan jubah uskup berwarna merah dan punya asisten peri dan mengendarai kuda di atas atap sebelum menyelinap ke cerobong asap untuk memberikan hadiah. Namun, sejarawan menyebut Santa Nicholas tidak selalu gemuk atau berjanggut.

Berkembang kepercayaan setelah kematiannya, St Nicholas disebut sebagai santo pelindung anak-anak.

Dia tetap sosok yang popular baik hati, pada abad pertengahan dan pesta diadakan setiap tahun pada tanggal wafatnya 6 Desember, dan hadiah-hadiah kecil diberikan kepada anak-anak, biasanya dalam sepatu, untuk menghormatinya.

Reformasi Protestan abad ke-16, ketika penghormatan terhadap orang-orang kudus Katolik dilarang di banyak wilayah Eropa, menyebabkan penurunan popularitas St Nicholas. Hanya di Belanda perayaan Santo Nicholas tetap hidup dalam bentuk Santa Claus, sosok ramah yang bepergian dari rumah ke rumah pada malam 5 Desember meninggalkan hadiah di sepatu anak-anak dengan imbalan makanan kecil untuk kuda.

Tokoh Santa kemudian menjadi bagian penting dari tradisi Natal di dunia barat dan juga di Amerika Latin, Jepang dan bagian lain di Asia Timur. Santa Claus datang ke Amerika dibawa imigran Belanda di abad 17 dan 18, dan dengan koloni baru tersebut sosok Santa Claus benar-benar berevolusi.

naah udah tau kan siapa sebenernya santa claus itu? sebenernya santa claus itu ada di jaman dahulu. tapi karna orang orang menghargai jasa Santa Nicholas maka banyak orang yang meneruskan jejaknya. sekian artikel tentang santa claus nya. semoga bermanfaat. Hohohoho!!!!


Jumat, 06 Desember 2013

Asal Usul Mistletoe

Heey bentar lagi natal niih. pasti udah pada nyiapin pohon natal kaan? biasanya juga di pintu udah digantung mistletoe. sebenernya mistletoe itu apa ya dan kenapa kalo natal biasanya orang menggantungkan mistletoe di pintu? cekidottt


Mistletoe adalah nama umum yang populer untuk tumbuhan parasit dari ordo Santalales yang terdiri dari keluarga Santalaceae, Loranthaceae, dan Misodendraceae. Spesies yang termasuk keluarga Santalaceae dulunya sering digolongkan ke dalam keluarga Viscaceae.


Klasifikasi ilmiah

Kerajaan: Plantae

Divisi: Magnoliophyta

Kelas: Magnoliopsida

Ordo: Santalales

Families

Santalaceae (Viscaceae)

Loranthaceae


Misodendraceae


Di kalangan ahli pengobatan tradisional di Eropa. Di Jerman, tanaman ini digunakan untuk mengobati penyakit saluran pernapasan dan kanker. Selain itu, mistletoe juga sedang diteliti untuk pengobatan tumor. Walaupun penggunaan mistletoe belum diizinkan di Amerika Serikat, mistletoe sudah diresepkan di Eropa.


Mistletoe disebut-sebut dalam mitologi Norse. Dewa bernama Balder terbunuh akibat tertusuk duri mistletoe. Dalam mitologi Kelt dan ritual kepercayaan Druid, mistletoe digunakan sebagai penawar racun.


Tradisi menggantungkan mistletoe di depan pintu rumah adalah menatap tahun yang baru dan menjauhkan nasib sial di tahun yang akan datang. Daun mistletoe juga digunakan oleh wanita yang ingin cepat dapat jodoh. Biasanya saat malam pergantian tahun, gadis-gadis lajang tersebut menaruh beberapa helai daun mistletoe di bawah bantal sehingga 'pangeran pujaan hati' bisa cepat datang melamar mereka Tradisi ini biasanya ada di Irlandia. Sedangkan di Rumania, mistletoe dianggap sebagai sumber nasib baik. Di daerah pedalaman, tanaman ini masih digunakan sebagai obat dan dianggap memiliki kekuatan sihir


nah sekarang udah tau kan apa itu sebenarnya mistletoe dan kenapa ada tradisi menggantungkan mistletoe di depan pintu rumah? semoga informasi nya bermanfaat


Source: www.wikipedia.com

http://dokumentasidunia.blogspot.com/2012/01/tahukah-kamu-7-tradisi-tahun-baru-nan.htmlhttp://serbasembilan.com/9-tradisi-tahun-baru-yang-unik-di-dunia